Sabtu, 28 Januari 2012

Partograf

Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala satu (Sumarah, 2009).
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada saat persalinan (APN, 2008).
Kondisi ibu dan janin yang harus dicatat di partograf adalah :
a.    Denyut jantung janin, dicatat setiap 30 menit.
b.   Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vaginam:
U     : selaput utuh.
J      : selaput pecah dan berwarna jernih.
M    : air ketuban bercampur mekonium.
D     : air ketuban bernoda darah.
K     : tidak ada cairan ketuban atau kering.
c.    Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0  :sutura terpisah, sutura dengan mudah dapat diraba.
     1 :sutura hanya saling bersentuhan.
2  :sutura saling tumpang tindih, tetapi masih bisa dipisahkan.
3  :sutura saling tumpang tindih dan tidak bisa dipisahkan.
d.   Pembukaan mulut rahim, dinilai 4 jam sekali dan diberi tanda silang (X).
e.    Penurunan, mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba pada pemeriksaan abdomen dicatat dengan tanda lingkaran (0) pada setiap pemeriksaan dalam.
f.    Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
g.   Jam, catat jam yang sesungguhnya.
h.   Kontraksi, catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya konraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :
1)         Kurang dari 20 detik
2)         Antara 20-40 detik.
3)         Lebih dari 40 detik.
i.     Oksitosin, jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin pervolume cairan infuse dalam tetesan permenit.
j.     Obat yang diberikan, catat semua obat lain yang diberikan.
k.   Nadi, catatlah setiap 30-60 menit, tandai dengan sebuah titik besar (●).
l.     Tekanan darah, catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
m. Suhu badan, catatlah setiap dua jam.
n.   Protein, aseton, dan volume urine. Catatlah setiap ibu berkemih.
(Saifuddin, 2006).

Yang Perlu Di ingattt !!!
   1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dan 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dan 8 jam
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pernenksaan selama fase laten persalinan  pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm.  Biasanya, selania fase aktif, terjadi pembukaan serviks sedikitnya 1 cm/jam..
4. Saat persalinan maju dan fase laten ke fase aktif, dimulailah pencatatan pada garis waspada di partograf..
5. Jika ibu datang pada saat fase akiif persalinan pencatatan kemajuan pembukaan serviks dilakukan pada ganis waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan seviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.


Gambar Halaman Depan Partograf



Lembar Belakang Partograf
Cara Pengisian :
A. Data Dasar :
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

B. Kala I
   Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan.

C.  Kala II
Kala II terdiri dan episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda “ pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 13, jika jawabannya “Ya”, tulis indikasinya sedangkan untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya “Ya”, isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan nomor 14, jawaban bisa lebih dan 1. Sedangkan untuk ‘masalah lain’ hanya diisi apabila terdapat masalah lain pada Kala II.

D. Kala III
Kala III terdiri dan lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir Iengkap, plasenta tidak lahir> 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28 lingkari jawaban yang benar.

E. Bayi Baru Lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dan berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu.

F. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan. Bagian yang digelapkan tidak usah diisi.

Gambar Halaman Belakang Partograf


( Asuhan Persalinan Normal, 2008)

  



Sabtu, 21 Mei 2011

Efek Samping dan Penanganan AKDR


           AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam rahim ) memiliki sambungan ke servik berupa untaian benang. Benang-benang ini memudahkan pelepasan alat kontrasepsi dan memungkinkan seorang wanita memeriksa dirinya secara berkala untuk memastikan apakah AKDR tetap ditempat. Jenis AKDR bermacam-macam tergantung bentuk dan tambahan obat. Menurut bentuknya, AKDR terbagi menjadi dua yaitu bentuk tertutup dan bentuk terbuka. Bentuk terbuka diantaranya adalah Lippes Loop, Cupper-T, Cupper-7, Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Untuk bentuk tertutup diantaranya adalah Ota Ring, Antigon, Grafeenberg ring, Hall-stone ring.
            Sedangkan menurut tambahan obat, AKDR terbagi menjadi medicated ( yang mengandung obat )dan unmedicated ( tidak mengandung obat ). Jenis AKDR yang mengadung obat diantaranya adalah Cupper-T-200, Cupper-T-220, Cupper-T-300, Cupper-T-380 A, Cupper-7, nova-T, ML-Cu 250, ML-Cu 375. Untuk jenis AKDR yang tidak mengandung obat diantaranya adalah Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
            Setiap metode kontrasepsi pasti memiliki efek samping, begitu pula dengan AKDR. Berikut ini adalah efek samping yang terjadi setelah pemasangan AKDR beserta dengan penanganannya. 

1.      Sinkop vasovagal ( Pusing )
Walaupun jarang terjadi, sinkop dapat terjadi selama atau sesaat setelah pemasangan AKDR. Diduga penyebabnya adalah nyeri berlebihan terutama pada wanita yang cukup sering gugup, penuh ketakutan atau emosi pada saat pemasangan AKDR. Walaupun sinkop merupakan hal yang jarang terjadi, sedapat mungkin atur wanita pada posisis trendelenburg ( pindahkan bantal dari bawah kepalanya dan tempatkan dibawah panggul dan naikkan kedua kakinya), pastikan jalan nafasnya terbuka, dan upayakan agar tetap hangat. Apabila singkop bertambah berat dan memerlukan tindakan darurat, berikan antropin intramuskular sebanyak 0,4 sampai 0,5 mg. Antropin berfungsi sebagai stimulan pernafasan dan sirkulasi.

2.      Bercak Darah Segera Setelah Pemasangan dan Pola Menstruasi serta Perdarahan Selanjutnya
Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti.  Peringatkan klien bahwa ia akan mengeluarkan bercak darah segera setelah pemasangan dan berikan pembalut perineum untuk melindungi pakaiannya. Bercak darah atau perdarahan serta haid yang lebih berat daripada biasa umum terjadi selama bulan-bulan pertama, baik pada pengguna AKDR tembaga maupun hormonal.
Wanita yang menggunakan Copper T 380A biasanya mengalami masa menstruasi dua hingga tiga kali lebih lama dan lebih berat dan kemudian menstruasinya secara bertahap akan kembali seperti sebelum pemasangan AKDR atau tetap sedikit lebih berat daripada masa menstruasi sebelum ia menggunakan AKDR.
Klien dengan LNG-IUS umumnya mengalami ketidakteraturan menstruasi dan hari-hari pengeluaran bercak darah atau perdarahan ringan yang sering selama tiga sampai enam bulan pertama. Beberapa klien akan mengalami masa menstruasi lebih berat daripada menstruasi normal mereka. Selanjutnya hari-hari pengeluaran bercak darah dan perdarahan sejak 8 bulan kemudian, tetapi lama-kelamaan menjadi tidak teratur. Kurang lebih 20% klien akan mengalami amenore.
Amenore adalah Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih. Penanganan efek samping amenore adalah memeriksa apakah sedang hamil, apabila tidak, AKDR tidak dilepas, memberi konseling dan menyelidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR tidak dilepas. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan tanpa melepas AKDR maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
Klien yang mengalami perdarahan berat atau berkepanjangan, menoragia setelah masa awal penyesuaian uterus terhadap AKDR harus dievaluasi untuk mengantisipasi AKDR terlepas sebagian dan adanya keadaan patologis pada servik dan uterus. Memastikan dan menegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1-3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebh dari 3 bulan dan diketahui menderita anemi (Hb <7g/%) dianjurkan untuk melepas AKDR dan membantu memilih metode lain yang sesuai.
Apabila AKDR terlepas sebagian, lepaskan AKDR tersebut kemudian gantikan dengan AKDR yang lain bila wanita tersebut belum hamil, tidak mengidap infeksi, dan tetap ingin menggunakan AKDR. Karena semua manipulasi dilakukan untuk melepas dan mengganti AKDR, maka wanita tersebut perlu mendapat antibiotik profilaksis doksisiklin 100 mg po setiap 12 jam selama 7 hari. Apabila klien alergi terhadap tetrasiklin, gantilah obat tersebut dengan eritromisin 500 mg po QID selama tujuh hari. Selain itu bidan perlu menentukan kadar hemoglobin/hematokrit dan membandingkan dengan temuan sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kehilangan darah sampai tingkat yang dapat membuat klien amanik sehingga perlu diprogramkan mendapat zat besi.

3.      Kram, Nyeri Punggung Bawah, Disminorea
Wanita biasanya mengalami kram dengan jumlah yang berbeda-beda setalah pemasangan AKDR. Kram yang berkisar dari ringan dan singkat sampai kram berat dan berlangsung lama, terjadi bila uterus mengalami kontraksi dalam upayanya mengeluarkan AKDR. Seorang wanita harus diperingatkan tentang semua kemungkinan ini dan diberi nasihat untuk mengonsumsi analgetik guna mengurangi rasa nyeri. Apabila pemasangan AKDR mengakibatkan kram yang terus menerus terasa nyeri, maka klien tersebut diprogramkan untuk mendapat ibiprofen ( motrin; advil ) 400 mg po setiap 4 jam sesuai keperluan.
Disminore selama satu sampai tiga bulan pertama setelah pemasangan AKDR adalah hal yang umum terjadi. Keadaan bertambah berat pada wanita yang sebelumnya sudah mengalami dismenorea. Apabila terdapat nyeri keram, bidan dapat memprogramkan analgetik untuk mengurangi serta tindakan untuk mengupayakan kenyamanan seperti berbaring, berendam dalam air hangat, kompers panas pada bagian abdomen atau punggung. Jika keluhan terus berlangsung, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan memilih metode kontrasepsi lain.

4.      Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan AKDR masih terpasang perlu diinformasikan tentang resiko yang terjadi bila kehamilan itu dilanjutkan dengan AKDR tetap terpasang. Resiko tersebut diantaranya infeksi intrauterus, sepsis, aborsi spontan, aborsi sepsis spontan, plasenta previa. Klien yang AKDRnya mesih terpasang perlu evaluasi untuk melihat apakah ada kehamilan ektopik mengingat insiden kehamilan pada kelompok klien ini sangat tinggi.
Resiko untuk mengalami abortus sepsis spontan yang mengancam jiwa yang biasa terjadi pada trimester 2 dengan cepat meningkat bila AKDR masih di dalam uterus.

5.      Penyakit Inflamasi Pelvik
Pemikiran masyarakat umum tentang AKDR dan penyakit inflamasi pelvik ( PID ) adalah bahwa PID biasanya berkaitan dengan masuknya organisme pada saat pemasangan AKDR dan tidak diakibatkan AKDR itu sendiri.
Sangatlah penting bagi bidan untuk mengikuti peraturan secara benar tentang kebersihan saat melakukan pemeriksaan fisik, untuk mematuhi teknik steril dengan tepat dalam menjalani prosedur intrauterus yang digunakan untuk memasukan, memeriksa, dan melepas AKDR; untuk menganjurkan klien membersihkan perineum dan vagina secara higienis; untuk melakukan penapisan terhadap, mengenali dan mengatasi penyakit menular seksual sebelum berkembang menjadi PID. Apabila seorang klien memperlihatkan tanda dan gejala PID, berikat terapi antibiotik secepatnya dan kemudian lepas AKDR-nya. Pemasangan AKDR lain tidak boleh dilakukan selama sedikitnya tiga bulan setelah keberhasilan terapi PID.

6.      Kehilangan Benang AKDR
Orang yang pertama kali menyadari bahwa benang AKDR telah hilang biasanya adalah wanita yang menggunakannya. Alasan benang AKDR tidak teraba adalah :
a.       Benang AKDR terlalu pendek dan masuk seluruhnya ke dalam saluran servik
b.      Wanita tersebut hamil
c.       AKDR yang terpasang menyebabkan perforasi
d.      AKDR keluar secara spontan tanpa diketahui klien
Saat melakukan perawatan bagi klien yang benangnya tidak terlihat, pastikan klien tidak sedang hamil sebelum pencarian benang AKDR. Penentuan ini didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan untuk mendeteksi tanda dan gejala kehamilan. Pengkajian riwayat tambahan yang diperlukan adalah :
a.       Kapan AKDR dipasang
b.      Jenis AKDR yang digunakan
c.       Riwayat AKDR terlepas secara spontan di masa lalu
d.      Pola normal pemeriksaan benang AKDR yang dilakukan mandiri
e.       Terakhir kali merasakan benang AKDR
f.       Lama waktu antara merasakan benang terakhir kali dan pertama kali tidak merasakan benang
g.      Frekuensi melakukan koitus selama masa ini dan waktu selanjutnya
h.      Penggunaan metode kontrasepsi lain sejak ia tidak merasakan benang AKDR
Apabila tidak ada tanda dan gejala kehamilan, dapat melanjutkan pencarian benang AKDR. Posisikan spekulum dan masukan tenakulum ke dalam servik dengan menggunakan instrumen dan teknik steril. Telusuri saluran serviks untuk mencari benang dengan menggunakan forsep busa yang sempit atau klem kelly. Apabila menemukan benang AKDR, lepaskan AKDR kemudian ganti AKDR dan berikan antibiotik profilaksis seperti doksisiklin 100 mg po setiap 12 jam selama tujuh hari.      

7.      Gangguan saat senggama
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu bersenggama. Ini disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari portio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang AKDr yang terlalu panjang dipotong kira-kira 2-3 cm dari portio, sedang benang yang terlalu pendek sebaiknya AKDR-nya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang.


sumber : Buku Ajar Asuhan Kebidanan ( Varney's Midwifery )